PROBLEMATIKA SISWA PANDAI KELAS VI
SDN TAWANGREJO II
JURNAL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir
Individu Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Tri Rachma
Zakiyahningtyas, M.Pd

Disusun Oleh :
SITI WULANSARI (17054002)
PROGRAM PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM
LAMONGAN
2018
ABSTRAK
PROBLEMATIKA
SISWA PANDAI KELAS VI
SDN
TAWANGREJO II
Oleh
:
SITI
WULANSARI
Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas
Agama Islam
Universitas
Islam Darul ‘Ulum Lamongan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui permasalahan yang terjadi
pada siswa pandai kelas VI SD Negeri Tawangrejo II yang masih kesulitan dalam
beberapa materi mata pelajaran Ujian Nasional ,Ujian Sekolah, Ujian Praktik dan
perkembangan karakterinstik sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian satu siswa pandai kelas VI SD Negeri
Tawangrejo II. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi langsung
dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1)
permasalahan siswa pandai kelas VI SD Negeri Tawangrejo II adalah beberapa
kesulitan dalam beberapa materi mata pelajaran Ujian Nasional ,Ujian Sekolah,
Ujian Praktik. 2) perkembangan karakterinstik sosial siswa pandai kelas VI SD
Negeri Tawangrejo II.
Kata kunci : masalah, pandai, materi,
ujian, karakterinstik perkembangan sosial
Secara singkat, perkembangan adalah proses
atau tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju. Sedangkan pertumbuhan berarti
tahapan peningkatan seseuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya.
Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan. Pandangan menurut
ilmu psikologi tentang peserta didik adalah individu yang sedang berkembang
baik secara jasmani maupun rohani. Sedangkana perkembangan adalah perubahan
aspek psikis.
Di dalam proses tumbuh kembang, banyak
sekali masalah-masalah yang muncul pada peserta didik. Peserta didik di sekolah
sebagai makhluk sosial dan individu pasti memiliki masalah, dengan taraf
masalah antara peserta didik satu dengan peserta didik lainnya pasti berbeda.
Tohiri (2007: 111) mengungkapkan bahwa peserta didik disekolah akan mengalami
masalah-masalah yang berkenaan dengan perkembangan individu, perbedaan
individu, kebutuhan individu, penyesuaian diri dan masalah belajar.
Banyak ahli mengemukakan pengetahuan
masalah. Ada yang melihat masalah sebagai ketidasesuaian antara harapan dengan
kenyataan, ada yang melihat sebagai kebutuhan seseorang yang tidak terpenuhi,
da nada pula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak menyenangkan.
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, dan ingin atau
perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai
hasil dari interraksi dengan lngkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.
Menurut Anita E, Wool Folk, 1995:196,
“belajar adalah proses perubahan pengetahuuan atau perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya”. Sedangkan menurut (Garry dan Kingsley, 1970:15) “belajar adalah
proses tingkah laku (dalam arti luas), yang ditimbulkan atau dibah melalui
praktek dan latihan”. Menurut Gagne (1984:77), “belajar adalah suatu proses
dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman”.
Dari definisi masalah dan belajar tersebut, masalah belajar dapat diartikan
atau didefinisikan sebagai berikut:
“Masalah belajar adalah suatu kondisi
tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses yang
dilakukan individu untk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan”. Kondisi tertentu itu dapat berkaitan dengan keadaan
dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berhubungan dengan
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini
tidak hanya dialami oleh siswa yang lambat belajar saja, tetapi juga dapat menimpa siswa yang
pandai atau cerdas.
Masalah-masalah Internal Belajar
Dalam interaksi belajar-mengajar, siswa merupakan kunci
utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar
merupakan aktivitas psikis yang berhubungan dengan bahan belajar.
Dalam belajar, siswa menghadapi masalah-masalah intern.
Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan
baik. Terdapat beberapa faktor intern yang dialami oleh siswa dan hal ini akan
sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Sikap terhadap belajar.
Sikap merupakan kemampuan memeberikan
penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Penilaian
terhadap sesuatu bisa memberikan sikap menerima, menolak atau mengabaikannya
begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran, sikap siswa akan menentukan
hasil dari pembelajaran tersebut pemahaman siswa yang salah terhadap belajar
akan meneyebabkan sikap yang salah dalam menerapkan pembelajaran. Sikap siswa
ini akan mempengaruhi tindakan belajar. Sikap yang salah akan membuat siswa
merasa tidak peduli dengan belajar. Akibatnya, tidak akan terjadi proses
belajar yang kondusif. Tentunya, hal ini akan sangat menghambat proses belajar.
Sikap siswa terhadap belajar akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika
siswa sudah tidak peduli terhadap belajar, upaya pembelajaran yang dilakukan
tentu menjadi sia-sia. Oleh sebab itu, siswa sebaiknya mempertimbangkan
masak-masak akibat dari sikapnya terhadap belajar.
2. Motivasi belajar.
Tidak diragukan
bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat pada siswa
untuk belajar. Kalaupun seorang siswa memiliki semangat yang tinggi dan
keinginan yang kuat, kemalasan, keengganan dan kelalaian bisa muncul
sewaktu-waktu. Oleh karena itu, semangat ini harus dipelihara secara
terus-menerus.
Motivasi belajar
merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya
motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.
Selanjutnya, mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi
belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus-menerus.
3. Konsentrasi belajar.
Konsentrasi
belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
Untuk memperkuat perhatian guru, berbagai strategi belajar-mengajar perlu
diterapkan dan waktu belajar serta selingan istirahat perlu diperhatikan. Yang
perlu diperhatikan oleh guru ketika memulai proses belajar adalah seorang guru
sebaiknya tidak langsung melakukan pembelajaran. Namun, seorang guru harus
memusatkan perhatian pada siswanya berkaitan dengan kesiapannya untuk melakukan
pembelajaran, sebab ketika awal masuk kelas perhatian siswa masih
terpecah-pecah dengan berbagai masalah. Oleh sebab itu, pemusatan perhatian
pada berbagai strategi sangat perlu dilakukan.
Menurut seorang
ilmuwan ahli psikologis, kekuatan belajar seseorang setelah tiga puluh menit
telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama
beberapa menit. Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa
obrolan ringan yang mampu membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan
memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat
ditingkatkan.
4 Mengolah bahan belajar.
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk
menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa.
Isi bahan belajar merupakan nilai-nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai
agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah
bahan pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan aktif selama proses
belajar. Misalnya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan, sehingga siswa benar-benar memahami materi yang telah
disampaikan. Siswa akan mengolah bahan belajar dengan baik jika mereka merasa
materi yang disampaikan menarik. Oleh sebab itu, seorang guru sebaiknya
menyampaikan materi secara menarik agar siswa dapat memusatkan perhatiannya pada
materi tersebut.
5. Menyimpan pemerolehan hasil belajar.
Menyimpan pemerolehan hasil belajar merupakan
kemampuan menyimpan isi pesan dan cara pemerolehan pesan, kemampuan menympan
tersebut dapat berlangsung dalam jangka yang pendek maupun dalam jangka waktu
panjang. Proses belajar terrdiri dari proses pemasukan, proses pengolahan
kembali, dan proses penggunaan kembali. Biasanya, hasil belajar yang dsimpan
dalam jangka waktu yang panjang akan mudah dilupakan oleh siswa. Hal ini akan
tejadi bila siswa tidak membuka kembali bahan belajar yang telah diberikan oleh
seorang guru.
6. Menggali hasil belajar yang tersimpan.
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses
mengaktifkan pesan yang telah diterima. Untuk hal baru siswa dapat memperkuat
pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama.
7. Kemampuan berprestasi.
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar
merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini, siswa membuktikan hasil
belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu
memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar.
8. Rasa percaya diri siswa.
Rasa percaya diri timbul dari keinginan untuk membuat
diri sendiri bertindak dan mencapai keberhasilan. Dari segi perkembangan, rasa
percaya diri dapat timbul akbat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses
belajar, diketahui unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diri
yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka rasa percaya dirinya akan semakin
meningkat. Apabila terjadi sebaliknya, maka siswa akan merasa kurang percaya
diri.
9. Intelegensi dan keberhasilan belajar.
Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau
rangkuman kecakapan untk berrtindak secara terarah, berpikir secara baik dan
begaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan terssebut menjadi aktual
bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
Pemerolehan hasil belajar yang rendah, yang
diakibatkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar
itu, dapat membuat tenaga kerja memiliki mutu yang rendah pula. Hal ini akan
merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu, mereka seyogyanya
didorong untuk melakukan belajar dibidang ketrampilan.
Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi
kemampuannya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh
guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar hanya pada akhir semester,
belajar tidak teratur, menyia-nyiakan belajar, dating terlambat, dan
sebagaianya.
10. Cita-cita siswa.
Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan. Didikan
memiliki cita-cita harus ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan
harapan besar bagi siswa sehingga siswa terrlalu termotivasi untuk belajar
ssecara serius demi menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan
cita-cita dengan kemampuan berprestasi, diharapkan siswa berani bereksplorasi
dengan kemampuannya sendiri.
Karakterinstik Perkembangan Sosial
Perkembagan
sosial mengandung makna pencapaian suatu kemampuan untuk perilaku sesuai dengan
harapan sosial yang ada. Proses menuju kesesuaian tersebut paling tidak
mencakup tiga komponen, yaitu belajar berperilaku dengan cara yang disetujui
secara sosial, mermain dalam peran yang disetujui secara sosial, dan
perkembagan sikap sosial. Pengertian sosial dan tidak sosial sebenarnya sangat
longgar dalm kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, secara umum dapat dikatakan
bahwa anak yang berkembang secara sosial adalah anak yang berhasil melaksanakan
ketiga proses tersebut.
Hurlock menyatakan indikator dari
prilaku sosial yang sukses adalah kerjasama, persaingna yang sehat, kemampuan
berbagi (sharing), minat untuk
diterima, simpati ,empati, ketergantungan, persahabatan, keinginan bermanfaat,
imitasi, dan perilaku lekat. Perkembagan emosi yang merupakan proses
perkembangan kemampuan untuk tanggap secara emosional, terkait erat dengan
perkembagan sosial anak. Respon yang nyaman menimbulkan pernerimaan sosial yang
baik.
Metode Penelitian
Penelitian
ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field research) yaitu
penelitian yang dilakukan langsung di lokasi atau di lapangan. Focus pendekatan
psikologi pendidikan dan juga psikologi perkembangan peserta didik karena
berkaitan dengan tingkah laku peserta didik dan juga permasalahan yang
dihadapinya.
Adapun
waktu penelitian dilakukan pada bulan April sammpai dengan Mei 2018. Sedangkan
tempat penelitian satu hari di SD Negeri Tawangrejo II yang beradi di Dusun
Deyo, Desa Tawangrejo, Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Dan di rumah
Salsabilla Nurfita Rahma, di RT/03. RW/05, Dusun Deyo, Desa Tawangrejo,
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
Subjek
penelitian yang dijadikan subjek penelitian adalah satu siswi kelas VI SD
Negeri Tawangrejo II, yang bernama Salsabilla Nurfita Rahma. Sedangkan
objek yang diteliti adalah permasalahan
belajar dan karakterinstik perkembangan yang dihadapi oleh siswi tersebut.
Adapun
prosedur pelaksanaan tes yaitu dengan menggunakan jenis alat tes Non-tes.
Non-tes ini menggunakan alat evaluasi jenis observasi langsung atau observasi partisipasi, wawancara bebas
dan disisipi wawancara terpimpin.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil
Penelitian
Bidang studi psikologi pendidikan adalah suatu ilmu yang menghubungkan
antara dua disiplin ilmu, yaitu psikologi dan pendidikan dan menekankan pada
penggunaan metode-metode psikologi dalam proses belajar-mengajar. Sedangkan
bidang studi psikologi perkembangan peserta didik adalah bidang kajian
psikologi perkembangan yang secara khusus mempelajari aspek-aspek perkembangan
individual yang menunjukkan cara individu bertingkah laku dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
Dari hasil observasi, mendampingi langsung siswi tersebut saat belajar
di rumah selama satu bulan. Mulai dari mempersiapkan try out, ujian
akhir sekolah sampai dengan UASBN. Selama melakukan observasi terhadap siswi
tersebut dapat diperoleh bahwa :
1. Pada
Try Out
Tidak ada kisi-kisi
2. Ujian
praktik
No.
|
Mata Pelajaran
|
Kesulitan dari Kisi-kisi
|
1
|
Bahasa Indonesia
|
-
Membuat
puisi tentang peristiwa
-
Meringkas
|
2
|
IPA
|
-
Tidak
dapat mendeskripsikan secara singkat hasil dari percobaan gaya dengan balon
udara dan kertas; electromagnet.
-
Tidak
dapat mendeskripsikan secara singkat tentang pertumbuhan dan perkembangan
manusia.
|
3
|
penjaskes
|
Roll depan dan roll belakang karena was-was
untuk bisa melakukannya atau tidak.
|
4
|
Pendidikan Agama Islam
|
Menulis
surat pendek tanpa melihat contoh tulisan.
|
5
|
Seni Budaya
|
Adanya
nada tinggi-rendah
|
3. Pada
ujian sekolah
No.
|
Mata pelajaran
|
Kesulitan dari kisi-kisi
|
1
|
Pendidikan Agama Islam
|
-
|
2
|
Bahasa Arab
|
-
|
3
|
Bahasa Inggris
|
Kisi-kisi dengan apa yang ada di buku
LKS beda.
|
4
|
Bahasa Jawa
|
-
|
5
|
Pkn
|
-
Adanya
gambar upacara adat, dam menentukan asal daerah.
-
Adanya
gambar rumah adat, dan menentukan nama rumah adat tersebut.
-
Menentukan
makna tarian dari suatu daerah.
-
Adanya
gambar lambing koprasi dan menentukan azaz berdirinya koperasi Indonesia.
|
6
|
IPS
|
- Adanya
tabel hasil kerajinan khas suatu daerah, dan dapat menentukan asal daerahnya.
- Menentukan
contoh perdagangan bilateral.
- Adanya
tabel tentang tokoh dan penemuannya dan menentukan pasangan tokoh dan
penenmunya.
- Adanya
gambar alat-alat komunikasi dengan berbagai merk dan menentukan Negara
pembuatnya.
- Adanya
beberapa komoditi ekspor/impor dan menentukan salah satu komoditi
ekspor/impor.
|
2.
UNASBN
No.
|
Mata
Pelajaran
|
Kesulitan
pada Kisi-Kisi
|
1
|
Bahasa
Indonesia
|
-
Mengambil
informasi dari isi teks sederhana untuk melengkapi tabel
-
Menentukan
makna kata/kias/symbol pada syair
-
Menentukan
maksud syair
-
Melengkapi
teks percakapan dengan peribahasa yang sesuai
-
Mengubah
teks percakapan menjadi narasi
|
2
|
Matematika
|
-
|
3
|
IPA
|
- Menjelaskan
fungsi bagian tubuh hewan/tumbuhan tertentu
- Menjelaskan
fungsi bagian rangka yang disajikan dalam gambar
- Mengidentifikasikan
nama bagian yang ditunjuk pada gambar sistem pernafasan manusia/ hewan
- Disajikan
pertanyaan tentang proses pernapasan pada manusia dan dapat menentukan
ururtan proses pernapasan yang tepat
- Mengidentifikasi
fungsi bagian yang ditunjuk pada gambar sistem pencernaan manusia
|
Selain melakukan observasi juga dilakukan
wawancara untuk mencari tahu kesulitan yang dialami saat dilaksanakannya try
out, ujian praktik, ujian sekolah dan UASBN setelah memberitahu kesulitan dari
materi yang di ujikan kepada peneliti :
1. Try Out
Mata Pelajaran
|
Kesulitan
|
Bahasa Indonesia
|
- Mencari
ide pokok
- Memperbaik
kalimat dari segi SPOK
|
Matematika
|
-
|
IPA
|
Ada soal yang sebelumnya belum pernah
dibahas yaitu menghitung gaya.
|
2. Ujian
Praktik
No.
|
Mata Pelajaran
|
Kesulitan yang dihadapi saat ujian
praktik
|
1
|
Bahasa Indonesia
|
-
|
2
|
IPA
|
-
|
3.
|
Penjaskes
|
Roll depan dan roll belakang, juga
tidak ada waktu istirahatnya antara satu materi yang di uji ke materi
selanjutnya
|
4.
|
Pendidikan Agama Islam
|
-
|
5.
|
Seni Budaya
|
Masih pada nada tinggi dan nada
rendahnya
|
3.
UASBN
No.
|
Mata
Pelajaran
|
Kesulitan
|
1
|
Bahasa
Indonesia
|
-
|
2
|
Matematika
|
-
|
3
|
IPA
|
-
Kerangka
manusia dan organ tubuh manusia
-
Pernapasan
manusia karena rumit
-
Filtrasi
air karena gambarnya tidak jelas
|
4.
Karakterinstik Sosial
Dari hasil wawancara yang dilakukan
peneliti mendapatkan karakterinstik perkembangan sosial siswa tersebut senang
mempunyai teman banyak tapi realitannya dia tidak memiliki banyak teman entah
karena faktor apa. Ketika diwawancara dia menjawab temannya butuh hanya pada
saat mau ujian saja. Dia juga benci kalau sewaktu ulangan Tanya sama dia, dia
pasti jawab. Tapi giliran dia yang bertanya temannya tidak mau membantu.
Walaupun temannya sedikit dia tidak merasa keberatan.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan dalam tabel, terdapat
kesulitan dalam melaksanakan Try Out pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dan IPA, jadi dapat diketahui bahwa tingkat kesulitan dalam
mengerjakan soal Try Out terletak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
dan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) karena memiliki beberapa kesulitan dalam
beberapa materi, yang berarti siswa tersebut kurang menguasai beberapa materi
pelajaran dan memerlukan pendalaman pada materi-materi tersebut. Kesulitan yang
dihadapi siswa ini terjadi karena dulunya waktu yang kurang bagi siswa untuk
mempelajari materi tersebut.
Terdapat kesulitan dalam mempelajari kisi-kisi ujian praktik pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, Penjaskes, Pendidikan Agama Islam dan Seni
Budaya. Karena kebanyakan tidak menguasai materi yang akan di ujikan. Tapi
setelah siswa tersebut menjelaskan dimana materi yang merasa sulit kepada
peneliti, siswa merasa sangat terbantu dalam melaksanakan ujian praktiknya.
Tapi masih tetap ada kesulitan pada mata pelajaran Seni Budaya, karena peneliti
juga kurang mengetahui teknik menyanyi secara benar.
Terdapat kesulitan dalam mempelajari kisi-kisi ujian sekolah pada mata
pelajaran Bahasa Inggris, PKN, dan IPS. Karena ada beberapa materi yang tidak
di kuasai disebabkan kurang menyukai mata pelajaran tersebut. Tetapi setelah
siswa tersebut menjelaskan dimana materi yang merasa sulit kepada peneliti,
siswa merasa sangat terbantu dalam melaksanakan ujian sekolah.
Terdapat kesulitan dalam
mempelajari kisi-kisi ujian nasional pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dan IPA karena memiliki beberapa kesulitan dalam beberapa materi,
yang berarti siswa tersebut kurang menguasai beberapa materi pelajaran dan
memerlukan pendalaman pada materi-materi tersebut. Tetapi setelah siswa
tersebut menjelaskan dimana materi yang merasa sulit kepada peneliti, siswa
merasa sangat terbantu dalam melaksanakan ujian nasional. Walaupun masih ada
dua materi yang mengalami kesulitan.
Psikologi Satoshi Kanazawa dari London School of Economics, dan Norman
Li Dari Universitas Managemen Singapura, menyimpulkan tiga hal uatama.
1.
Orang-orang
yang memiliki kecerdasan tinggi cenderung memiliki pengecualian untuk tak
membutuhkan teman. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti mendapatkan
karakterinstik perkembangan sosial siswa tersebut senang mempunyai teman banyak
tapi realitannya dia tidak memiliki banyak teman entah karena faktor apa.
2.
Orang
yang cerdas biasanya akan lebih tertarik soal hal-hal yang penting bagi mereka
saja, sehingga komunikasi akan mereka taruh di prioritas nomor sekian. Ketika
diwawancara dia menjawab temannya butuh hanya pada saat mau ujian saja. Dia
juga benci kalau sewaktu ulangan Tanya sama dia, dia pasti jawab. Tapi giliran
dia yang bertanya temannya tidak mau membantu.
3.
Orang-orang
cerdas memiliki lingkaran pertemanan yang sempit. Walaupun temannya sedikit dia
tidak merasa keberatan.
KESIMPULAN
Banyak
sekali masalah-masalah yang muncul pada peserta didik. Peserta didik di sekolah
sebagai makhluk sosial dan individu pasti memiliki masalah, dengan taraf
masalah antara peserta didik satu dengan peserta didik lainnya pasti berbeda.
Dalam belajar, siswa menghadapi masalah-masalah intern.
Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan
baik. Terdapat beberapa faktor intern yang dialami oleh siswa dan hal ini akan
sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut: Sikap terhadap belajar, Motivasi belajar, Konsentrasi belajar,
Mengolah bahan belajar, Menyimpan pemerolehan hasil belajar, Menggali hasil
belajar yang tersimpan, Kemampuan berprestasi, Rasa percaya diri siswa, Intelegensi
dan keberhasilan belajar, Cita-cita siswa.
Siswa pandai juga dapat memiliki
permasalahan dalam mata pelajaran tertentu karena kurang menguasai beberapa
materi pelajaran dan memerlukan pendalaman pada materi-materi tersebut. Juga
dalam perkembangan karakterinstik sosialnya. Karena faktor egois dan juga tidak
mempermasalahkan banyak atau sedikitnya teman.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Hamiyah, Nur. 2014. Strategi belajar mengajar dikelas.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Hartinah, Siti.
2010. Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: Rafika Aditama.
Sumber Internet :
Novaya, Siantita. 2017. “Kenapa Semakin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar